Kamis, 03 Mei 2012

satu, dua, dan seterusnya


Satu akan menggenapi, dua akan menghancurkan


nih kata-kata dikutip dari novel Filosofi Kopi milik Dee
Well, ini kalimat sedikit menggelitik udel saya. Hehe. *maaf, yang ini enggak bodong kok*
Sadar kan, ini semacam pengingat atas sifat dasar manusia-serakah
Sebenernya, banyak sih ungkapan yang bisa buat ngingetin, nyadarin, bahkan nyindir orang atas sifatnya yang satu ini.
Misalnya nih,
ampela tetangga lebih ijo dari ampela sendiri *eh  salah*
oke serius..
rumput tetangga lebih ijo dari rumput sendiri *iyalah, orang rumput kita kan abis kena cat merah*
dikasih hati, minta ampela *lele aja boleh? Saya gak suka jeroan*
masih kurang contohnya? Bikin sendiri boleh kok.

Gak muna, kadang saya jugak gitu kok. Makan rumput tetangga? Iya, sih. Eh, enggak. Fokus yik, fokus.
Gak muna, saya juga kadang serakah. Keunyuan orang sedunia malah saya ambil sendiri. Gak baik kan? Wkwk

Walaupun ini sifat dasar, tapi bukan berarti harus dibanggain, dipelihara, dilestarikan, diwariskan dan dipindahtangankan. Penyakit hati yang bahaya, yang bikin kita gak besrsyukur atas apa yang kita punya dan akhirnya malah minta lebih.
Padahal, sebenernya Tuhan sudah memberikan apa yang kita butuhkan. Bahkan lebih dari apa yang kita butuhkan.

Kita gak minta hidung aja udah dikasi. Pake lobang dua lagi. Masa mau minta tiga atau empat lobang? Dua lobang aja upilnya udah bisa jadi bahan kehebohan kalo dilempar ke temen.
Kita gak minta mata jugak udah dikasi sama Dia. Bisa liat banyak hal. Gak harus bisa matahin besi, daripada ntar semua orang jadi tukang las. Parah kan?
Mulailah bersyukur dari sekarang, apapun yang kita dapetin. Percayalah kalau Tuhan punya rencana terbaik buat kita semua.

ingat, satu menggenapi, dua atau lebih bisa menghancurkan. *serem*  

Melodi Kehidupan


Berbagai jenis lagu telah kumainkan.
Intronya selalu manis dengan mengharap reff yang indah, bahkan hingga akhir.
Namun kadang, aku dan mereka mengambil nada dasar yang berbeda.
Kadang tempoku terlalu cepat, kadang mereka terlalu lemah bermain
Kadang kuingin mainkan satu aliran musik, yang ia mainkan aliran musik lain
Tak jarang alunan lagu menjadi sumbang, tak dapat dinikmati.
Dan dengan segala pertimbangan, baiknya lagu ini diakhiri
Dua komposer yang tak sejalan, harus memikirkan pendengarnya.
juga memikirkan idealisme serta kemerdekaan bermusik.
Ku hanya menunggu komposer baru
Yang menggandengku ‘tuk mainkan melodi ini
Tak apa jika ada improvisasi
Tak apa jika berbeda instrumen
Asal berirama dan indah di telinga
Beri aku nada dasarmu,
Kita lantunkan melodi kehidupan..